A. Ekstraksi
Ekstraksi
adalah teknik yang sering digunakan bila senyawa organik (sebagian besar
hidrofob) dilarutkan atau didispersikan dalam air. Pelarut yang tepat
(cukup untuk melarutkan senyawa organik; seharusnya tidak hidrofob)
ditambahkan pada fasa larutan dalam airnya, campuran kemudian diaduk
dengan baik sehingga senyawa organik diekstraksi dengan baik. Lapisan
organik dan air akan dapat dipisahkan dengan corong pisah, dan senyawa
organik dapat diambil ulang dari lapisan organik dengan menyingkirkan
pelarutnya. Pelarut yang paling sering digunakan adalah dietil eter
C2H5OC2H5, yang memiliki titik didih rendah (sehingga mudah
disingkirkan) dan dapat melarutkan berbagai senyawa organik.
Tekhnik
ini (ekstraksi) bermanfaat untuk memisahkan campuran senyawa dengan
berbagai sifat kimia yang berbeda. Contoh yang baik adalah campuran
fenol C6H5OH, anilin C6H5NH2 dan toluen C6H5CH3, yang semuanya larut
dalam dietil eter. Pertama anilin diekstraksi dengan asam encer.
Kemudian fenol diekstraksi dengan basa encer. Toluen dapat dipisahkan
dengan menguapkan pelarutnya. Asam yang digunakan untuk mengekstrak
anilin ditambahi basa untuk mendaptkan kembali anilinnya, dan alkali
yang digunakan mengekstrak fenol diasamkan untuk mendapatkan kembali
fenolnya.
Bila
senyawa organik tidak larut sama sekali dalam air, pemisahannya akan
lengkap. Namun nyatanya, banyak senyawa organik, khususnya asam dan basa
organik dalam derajat tertentu larut juga dalam air. Hal ini merupakan
masalah dalam ekstraksi. Untuk memperkecil kehilangan yang disebabkan
gejala pelarutan ini, disarankan untuk dilakukan ekstraksi berulang.
Anggap anda diizinkan untuk menggunakan sejumlah tertentu pelarut.
Daripada anda menggunakan keseluruhan pelarut itu untuk satu kali
ekstraksi, lebih baik Anda menggunakan sebagian-sebagian pelarut untuk
beberapa kali ekstraksi. Kemudian akhirnya menggabungkan bagian-bagian
pelarut tadi. Dengan cara ini senyawa akan terekstraksi dengan lebih
baik. Alasannya dapat diberikan di bawah ini dengan menggunakan hukum
partisi.
Perhatikan
senyawa organik yang larut baik dalam air dan dalam dietil eter
ditambahkan pada campuran dua pelarut yang tak saling campur ini. Rasio
senyawa organik yang larut dalam masing-masing pelarut adalah konstan.
Jadi,
ceter / cair = k (konstan) (12.1)
ceter
dan cair adalah konsentrasi zat terlarut dalam dietil eter dan di air. k
adalah sejenis konstanta kesetimbangan dan disebut koefisien partisi.
Nilai k bergantung pada suhu.
Ekstraksi
campuran-campuran merupakan suatu teknik dimana suatu larutan (biasanya
dalam air) dibuat bersentuhan dengan suatu pelarut kedua (biasanya
organik), yang pada hakikatnya tidak tercampurkan dengan yang pertama,
dan menimbulkan perpindahan satu atau lebih zat terlarut (solut) ke
dalam pelarut kedua itu. Untuk suatu zat terlarut A yang didistribusikan
antara dua fasa tidak tercampurkan a dan b, hukum distribusi (atau
partisi) Nernst menyatakan bahwa asal keadaan molekulnya sama dalam
kedua cairan dan temperatur adalah konstan : Dimana KD adalah sebuah
tetapan, yang dikenal sebagai koefisien distribusi (atau koefisien
partisi) (Basset, 1994).
Hukum
distribusi atau partisi dapat dirumuskan: bila suatu zat terlarut
terdistribusi antara dua pelarut yang tidak dapat campur, maka pada
suatu temperatur yang konstan untuk setiap spesi molekul terdapat angka
banding distribusi yang konstan antara kedua pelarut itu, dan angka
banding distribusi ini tidak tergantung pada spesi molekul lain apapun
yang mungkin ada. Harga angka banding berubah dengan sifat dasar
pelarut, sifat dasar zat terlarut, dan temperatur (Svehla, 1990).
Hukum
ini dalam bentuk yang sederhana, tidak berlaku bila spesi yang
didistribusikan itu mengalami disosiasi atau asosiasi dalam salah satu
fasa tersebut. Pada penerapan praktis ekstraksi pelarut ini, terutama
kalau kita perhatikan fraksi zat terlarut total dalam fasa yang satu
atau yang lainnya, tidak peduli bagaimanapun cara-cara disosiasi,
asosiasi atau interaksinya dengan spesi-spesi lain yang terlarut. Untuk
memudahkan, diperkenalkan istilah angka banding distribusi D (atau
koefisien ekstraksi E).
Dimana lambang CA menyatakan konsentrasi A dalam semua bentuknya seperti yang ditetapkan secara analitis (Basset, 1994).
Partisi
zat-zat terlarut antara dua cairan yang tidak dapat campur menawarkan
banyak kemungkinan yang menarik untuk pemisahan analitis. Bila suatu zat
terlarut membagi diri antara dua cairan yang tidak dapat campur, ada
suatu hubungan yang pasti antara konsentrasi zat terlarut dalam dua fasa
pada kesetimbangan. Suatu zat terlarut akan membagi dirinya antara dua
zairan yang tidak dapat campur. Sedemikian rupa sehingga angka banding
konsentrasai pada kesetimbangan adalah konstanta pada temperatur
tertentu.
Ekstraksi
meliputi distribusi zat terlarut diantara dua pelarut yang tidak dapat
campur. Pelarut umum dipakai adalah air dan pelarut organik lain seperti
CHCl3, eter atau pentana. Garam anorganik, asam-asam dan basa-basa yang
dapat larut dalam air bisa dipisahkan dengan baik melalui ekstraksi ke
dalam air dari pelarut yang kurang polar. Ekstraksi lebih efisien bila
dilakukan berulang kali dengan jumlah pelarut yang lebih kecil daripada
jumlah pelarutnya banyak tetapi ekstraksinya hanya sekali (Arsyad,
2001).
Tiga
metode dasar pada ekstraksi cair-cair adalah ekstraksi bertahap,
ekstraksi kontinyu, dan ekstraksi counter current. Ekstraksi bertahap
merupakan cara yang paling sederhana. Caranya cukup dengan menambahkan
pelarut pengekstraksi yang tidak bercampur dengan pelarut semula
kemudian dilakukan pengocokan sehingga terjadi kesetimbangan konsentrasi
yang akan diekstraksi pada kedua lapisan, setelah ini tercapai lapisan
didiamkan dan dipisahkan (Khopkar, 1990).
Kesempurnaan
ekstraksi tergantung pada pada banyaknya ekstraksi yang dilakukan.
Hasil yang baik diperoleh jika jumlah ekstraksi yang dilakukan berulang
kali dengan jumlah pelarut sedikit-sedikit.
B. SYARAT – SYARAT EKSTRAKSI PELARUT
Persyaratan yang harus dipenuhi dalam ekstraksi pelarut adalah :
a. Angka bonding ( ikatan ) yang tinggi untuk zat terlarut, angka bonding ( Ikatan ) yang rendah untuk zat-zat pengotor.
b. Kelarutan yang rendah untuk fase air.
c. Viskositas yang cukup rendah
d. Tidak mudah terbakar.
e. Mudah mengambil kembali zat terlarut dari pelarut
C. KLASIFIKASI EKSTRAKSI
Ekstraksi dapat di klasifikasikan menjadi :
a. Ekstraksi Khelat; Ekstraksi ini berlangsung melalui pembentukan khelat atau struktur cincin.
b. Ekstraksi Solvasi; Ekstraksi ini disebabkan oleh spesies ekstraksi disolvasi ke fase organik.
c.
Ekstraksi Pembentukan Pasangan Ion; Ekstraksi ini berlangsung
melalui pembentukan spesies netral yang tidak bermuatan diekstraksi
kefasa organik.
d.
Ekstraksi sinergis; Ekstrksi ini menyatakan adanya kenaikan pada
hasil ekstraksi di sebabkan oleh adanya penambahan ekstraksi dengan
memanfaatkan pelarut pengekstraksi.
D. PRINSIP EKSTRAKSI
Prinsip Maserasi
Penyarian
zat aktif yang dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia dalam
cairan penyari yang sesuai selama tiga hari pada temperatur kamar
terlindung dari cahaya, cairan penyari akan masuk ke dalam sel melewati
dinding sel. Isi sel akan larut karena adanya perbedaan konsentrasi
antara larutan di dalam sel dengan di luar sel. Larutan yang
konsentrasinya tinggi akan terdesak keluar dan diganti oleh cairan
penyari dengan konsentrasi rendah ( proses difusi ). Peristiwa tersebut
berulang sampai terjadi keseimbangan konsentrasi antara larutan di luar
sel dan di dalam sel. Selama proses maserasi dilakukan pengadukan dan
penggantian cairan penyari setiap hari. Endapan yang diperoleh
dipisahkan dan filtratnya dipekatkan.
Prinsip Perkolasi
Penyarian
zat aktif yang dilakukan dengan cara serbuk simplisia dimaserasi selama
3 jam, kemudian simplisia dipindahkan ke dalam bejana silinder yang
bagian bawahnya diberi sekat berpori, cairan penyari dialirkan dari atas
ke bawah melalui simplisia tersebut, cairan penyari akan melarutkan zat
aktif dalam sel-sel simplisia yang dilalui sampai keadan jenuh. Gerakan
ke bawah disebabkan oleh karena gravitasi, kohesi, dan berat cairan di
atas dikurangi gaya kapiler yang menahan gerakan ke bawah. Perkolat yang
diperoleh dikumpulkan, lalu dipekatkan.
Prinsip Sokhletasi
Penarikan
komponen kimia yang dilakukan dengan cara serbuk simplisia ditempatkan
dalam klonsong yang telah dilapisi kertas saring sedemikian rupa, cairan
penyari dipanaskan dalam labu alas bulat sehingga menguap dan
dikondensasikan oleh kondensor bola menjadi molekul-molekul cairan
penyari yang jatuh ke dalam klonsong menyari zat aktif di dalam
simplisia dan jika cairan penyari telah mencapai permukaan sifon,
seluruh cairan akan turun kembali ke labu alas bulat melalui pipa
kapiler hingga terjadi sirkulasi. Ekstraksi sempurna ditandai bila
cairan di sifon tidak berwarna, tidak tampak noda jika di KLT, atau
sirkulasi telah mencapai 20-25 kali. Ekstrak yang diperoleh dikumpulkan
dan dipekatkan.
Prinsip Refluks
Penarikan
komponen kimia yang dilakukan dengan cara sampel dimasukkan ke dalam
labu alas bulat bersama-sama dengan cairan penyari lalu dipanaskan,
uap-uap cairan penyari terkondensasi pada kondensor bola menjadi
molekul-molekul cairan penyari yang akan turun kembali menuju labu alas
bulat, akan menyari kembali sampel yang berada pada labu alas bulat,
demikian seterusnya berlangsung secara berkesinambungan sampai penyarian
sempurna, penggantian pelarut dilakukan sebanyak 3 kali setiap 3-4 jam.
Filtrat yang diperoleh dikumpulkan dan dipekatkan.
Prinsip Destilasi Uap Air
Penyarian
minyak menguap dengan cara simplisia dan air ditempatkan dalam labu
berbeda. Air dipanaskan dan akan menguap, uap air akan masuk ke dalam
labu sampel sambil mengekstraksi minyak menguap yang terdapat dalam
simplisia, uap air dan minyak menguap yang telah terekstraksi menuju
kondensor dan akan terkondensasi, lalu akan melewati pipa alonga,
campuran air dan minyak menguap akan masuk ke dalam corong pisah, dan
akan memisah antara air dan minyak atsiri.
Prinsip Rotavapor
Proses
pemisahan ekstrak dari cairan penyarinya dengan pemanasan yang
dipercepat oleh putaran dari labu alas bulat, cairan penyari dapat
menguap 5-10ยบ C di bawah titik didih pelarutnya disebabkan oleh karena
adanya penurunan tekanan. Dengan bantuan pompa vakum, uap larutan
penyari akan menguap naik ke kondensor dan mengalami kondensasi menjadi
molekul-molekul cairan pelarut murni yang ditampung dalam labu alas
bulat penampung.
Prinsip Ekstraksi Cair-Cair
Ekstraksi
cair-cair (corong pisah) merupakan pemisahan komponen kimia di antara 2
fase pelarut yang tidak saling bercampur di mana sebagian komponen
larut pada fase pertama dan sebagian larut pada fase kedua, lalu kedua
fase yang mengandung zat terdispersi dikocok, lalu didiamkan sampai
terjadi pemisahan sempurna dan terbentuk dua lapisan fase cair, dan
komponen kimia akan terpisah ke dalam kedua fase tersebut sesuai dengan
tingkat kepolarannya dengan perbandingan konsentrasi yang tetap.
Prinsip Kromatografi Lapis Tipis
Pemisahan
komponen kimia berdasarkan prinsip adsorbsi dan partisi, yang
ditentukan oleh fase diam (adsorben) dan fase gerak (eluen), komponen
kimia bergerak naik mengikuti fase gerak karena daya serap adsorben
terhadap komponen-komponen kimia tidak sama sehingga komponen kimia
dapat bergerak dengan kecepatan yang berbeda berdasarkan tingkat
kepolarannya, hal inilah yang menyebabkan terjadinya pemisahan.
Prinsip Penampakan Noda
a. Pada UV 254 nm
Pada
UV 254 nm, lempeng akan berflouresensi sedangkan sampel akan tampak
berwarna gelap.Penampakan noda pada lampu UV 254 nm adalah karena adanya
daya interaksi antara sinar UV dengan indikator fluoresensi yang
terdapat pada lempeng. Fluoresensi cahaya yang tampak merupakan emisi
cahaya yang dipancarkan oleh komponen tersebut ketika elektron yang
tereksitasi dari tingkat energi dasar ke tingkat energi yang lebih
tinggi kemudian kembali ke keadaan semula sambil melepaskan energi.
b. Pada UV 366 nm
Pada
UV 366 nm noda akan berflouresensi dan lempeng akan berwarna gelap.
Penampakan noda pada lampu UV 366 nm adalah karena adanya daya interaksi
antara sinar UV dengan gugus kromofor yang terikat oleh auksokrom yang
ada pada noda tersebut. Fluoresensi cahaya yang tampak merupakan emisi
cahaya yang dipancarkan oleh komponen tersebut ketika elektron yang
tereksitasi dari tingkat energi dasar ke tingkat energi yang lebih
tinggi kemudian kembali ke keadaan semula sambil melepaskan energi.
Sehingga noda yang tampak pada lampu UV 366 terlihat terang karena
silika gel yang digunakan tidak berfluororesensi pada sinar UV 366 nm.
c. Pereaksi Semprot H2SO4 10%
Prinsip
penampakan noda pereaksi semprot H2SO4 10% adalah berdasarkan kemampuan
asam sulfat yang bersifat reduktor dalam merusak gugus kromofor dari
zat aktif simplisia sehingga panjang gelombangnya akan bergeser ke arah
yang lebih panjang (UV menjadi VIS) sehingga noda menjadi tampak oleh
mata.
E. JENIS EKSTRAKSI
Ekstraksi secara dingin
Metode maserasi
Maserasi
merupakan cara penyarian sederhana yang dilakukan dengan cara merendam
serbuk simplisia dalam cairan penyari selama beberapa hari pada
temperatur kamar dan terlindung dari cahaya.Metode maserasi digunakan
untuk menyari simplisia yang mengandung komonen kimia yang mudah larut
dalam cairan penyari, tidak mengandung benzoin, tiraks dan lilin.
Keuntungan
dari metode ini adalah peralatannya sederhana. Sedang kerugiannya
antara lain waktu yang diperlukan untuk mengekstraksi sampel cukup lama,
cairan penyari yang digunakan lebih banyak, tidak dapat digunakan untuk
bahan-bahan yang mempunyai tekstur keras seperti benzoin, tiraks dan
lilin.
Metode maserasi dapat dilakukan dengan modifikasi sebagai berikut :
Modifikasi maserasi melingkar
Modifikasi maserasi digesti
Modifikasi Maserasi Melingkar Bertingkat
Modifikasi remaserasi
Modifikasi dengan mesin pengaduk
Metode Sokhletasi
Sokhletasi
merupakan penyarian simplisia secara berkesinambungan, cairan penyari
dipanaskan sehingga menguap, uap cairan penyari terkondensasi menjadi
molekul-molekul air oleh pendingin balik dan turun menyari simplisia
dalam klongsong dan selanjutnya masuk kembali ke dalam labu alas bulat
setelah melewati pipa sifon.
Keuntungan metode ini adalah :
o Dapat digunakan untuk sampel dengan tekstur yang lunak dan tidak tahan terhadap pemanasan secara langsung.
o Digunakan pelarut yang lebih sedikit
o Pemanasannya dapat diatur
Kerugian dari metode ini :
o
Karena pelarut didaur ulang, ekstrak yang terkumpul pada wadah di
sebelah bawah terus-menerus dipanaskan sehingga dapat menyebabkan reaksi
peruraian oleh panas.
o
Jumlah total senyawa-senyawa yang diekstraksi akan melampaui
kelarutannya dalam pelarut tertentu sehingga dapat mengendap dalam wadah
dan membutuhkan volume pelarut yang lebih banyak untuk melarutkannya.
o
Bila dilakukan dalam skala besar, mungkin tidak cocok untuk
menggunakan pelarut dengan titik didih yang terlalu tinggi, seperti
metanol atau air, karena seluruh alat yang berada di bawah komdensor
perlu berada pada temperatur ini untuk pergerakan uap pelarut yang
efektif.
o
Metode ini terbatas pada ekstraksi dengan pelarut murni atau campuran
azeotropik dan tidak dapat digunakan untuk ekstraksi dengan campuran
pelarut, misalnya heksan :diklormetan = 1 : 1, atau pelarut yang
diasamkan atau dibasakan, karena uapnya akan mempunyai komposisi yang
berbeda dalam pelarut cair di dalam wadah.
· Metode Perkolasi
Perkolasi
adalah cara penyarian dengan mengalirkan penyari melalui serbuk
simplisia yang telah dibasahi.Keuntungan metode ini adalah tidak
memerlukan langkah tambahan yaitu sampel padat (marc) telah terpisah
dari ekstrak. Kerugiannya adalah kontak antara sampel padat tidak merata
atau terbatas dibandingkan dengan metode refluks, dan pelarut menjadi
dingin selama proses perkolasi sehingga tidak melarutkan komponen secara
efisien.
Ekstraksi secara panas
· Metode refluks
Keuntungan
dari metode ini adalah digunakan untuk mengekstraksi sampel-sampel yang
mempunyai tekstur kasar dan tahan pemanasan langsung.
Kerugiannya adalah membutuhkan volume total pelarut yang besar dan sejumlah manipulasi dari operator.
· Metode destilasi uap
Destilasi uap adalah metode yang popular untuk ekstraksi minyak-minyak menguap (esensial) dari sampel tanaman
Metode
destilasi uap air diperuntukkan untuk menyari simplisia yang mengandung
minyak menguap atau mengandung komponen kimia yang mempunyai titik
didih tinggi pada tekanan udara normal.
Sumber :
Ditjen POM, (1986), "Sediaan Galenik", Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.
Wijaya H. M. Hembing (1992), ”Tanaman Berkhasiat Obat di Indonesia”, Cet 1 , Jakarta .
Sudjadi, Drs., (1986), "Metode Pemisahan", UGM Press, Yogyakarta
Alam, Gemini dan Abdul Rahim. 2007. Penuntun Praktikum Fitokimia. UIN
Alauddin: Makassar. 24-26.
Stahl, Egon. 1985. Analisis Obat Secara Kromatografi dan Mikroskopi. ITB: Bandung. 3-5.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar